MANAJEMEN KONFLIK
Terjadinya konflik dalam setiap organisasi
merupakan sesuatu hal yang tidak dapatdihindarkan. Hal ini terjadi karena di
satu sisi orang-orang yang
terlibat dalam organisasimempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya
yang berbedabeda. Di sisi lain adanya salingketergantungan antara satu dengan
yang lain yang menjadi karakter setiap organisasi. Tidak semua konflik
merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik
dapatmenguntungkan organisasi sebagai suatu kesatuan. Dalam menata konflik
dalam organisasidiperlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua fihak
yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan
konflik yang terjadi dalam organisasi..
1.Pengertian
konflik
2.Manifestasi konflik
3. Macam-macam konflik
4.Sumber
konflik
5. Manajemen konflik yang
efektif
6. Meminimalisir konflik dengan
komunikasi efektif .
A).Pengertian
Konflik
Konflik adalah
pergesekan atau friksi yang terekspresikan di antara dua pihak ataulebih, di
mana masing-masing mempersepsi adanya interferensi dari pihak lain,
yangdianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran. Konflik hanya terjadi
bila semua pihak yang terlibat, mencium adanya ketidaksepakatan
Para pakar ilmu perilaku organisasi, memang banyak
yang memberikan definisitentang
konflik. Robbins, salah seorang dari mereka merumuskan Konflik sebagai sebuah
proses dimana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang
untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai
bentuk hambatan(blocking) yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi
dalam usahanya mancapaitujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya".
Dengan demikian yang dimaksuddengan Konflik adalah proses pertikaian yang
terjadi sedangkan peristiwa yang berupagejolak dan sejenisnya adalah salah satu
manifestasinya.
Dua orang pakar
penulis dari Amerika Serikat yaitu, Cathy AConstantino, danChistina Sickles Merchant mengatakan dengan
kata-kata yang lebih sederhana, bahwakonflik pada dasarnya adalah: "sebuah
proses mengekspresikan ketidapuasan,ketidaksetujuan, atau harapan-harapan yang
tidak terealisasi". Kedua penulis tersebutsepakat dengan Robbins bahwa
konflik pada dasarnya adalah sebuah proses. Konflik dapat diartikan
sebagai ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi ataukelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus
menggunakansumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan
kegiatan bersama-samadan atau karena mereka
mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan
tersebut biasanyamencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka
Lebih jauh Robbins menulis bahwa sebuah
konflik harus dianggap sebagai "ada"oleh fihak-fihak yang terlibat
dalam konflik. Dengan demikian apakah konflik itu adaatau tidak ada, adalah
masalah "persepsi" dan bila tidak ada seorangpun yang
menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa konflik tersebut
memang tidak ada.
Tentu saja ada konflik
yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsiternyata tidak riil.
Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang
sebenarnyadapat dianggap sebagai "bernuansa konflik" ternyata
tidak dianggap sebagai konflik karena nggota-anggota kelompok tidak
menganggapnya sebagai konflik. Selanjutnya,setiap kita membahas konflik dalam
organisasi kita, konflik selalu diasosiasikan denganantara lain,
"oposisi" (lawan), "kelangkaan", dan "blokade".
Diasumsikan pula bahwa
ada dua fihak atau lebih yang tujuan ataukepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumberdayadana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan
dalam organisasitersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap
unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh semberdaya tersebut
secukupnya dan kelangkaan tersebut akanmendorong perilaku yang bersifat
menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentinganyang sama.
Pihak-pihak tersebut
kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu samalain. Bila ini terjadi,
maka status dari situasi dapat disebut berada dalamkondisi"konflik".
B).Manifestasi Konflik
Konflik yang terjadi
dalam masyarakat atau dalam sebuah organisasi dapatbermanifestasidalam berbagai
bentuk atau cara :
Perselisihan
(Dispute): bagi kebanyakan orang awam, kata konflik biasanyadiasosiasikan
dengan "dispute" yaitu "perselisihan" tetapi, dalam konteks ilmuperilakuorganisasi, "perselisihan" sebenarnya
sudah merupakan salah satu daribanyak bentuk produk dari konflik. Dispute atau perselisihan adalah salah
satu produk konflik yang paling mudah terlihat dan
dapat berbentuk protes (grievances), tindakan indispliner,keluhan (complaints),
unjuk rasa ramai-ramai , tindakan pemaksaan (pemblokiran, penyanderaan,
dsb.), tuntutan ataupun masih bersifat ancaman atau pemogokan baik antara fihak internal organisasi ataupun dengan
pihak luar adalah tanda-tanda konflik yang tidak terselesaikan.
Kompetisi (persaingan)
yang tida Persaingan sebenarnya tidak samadengan
konflik.Persaingan seperti misalnya dalam pertandingan atletik mengikuti
aturanmain yang jelas dan ketat. Semua pihak yang bersaing berusaha memperoleh
apa yangdiinginkan tanpa di jegal oleh pihak lain.Adanya persaingan yang sangat keras denganwasit yang tegas dan
adil, yang dapat menjurus kepada perilaku dan tindakan yang bersifat
menjegal yang lain.Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak
dapat didugasebelumnya.
Sabotase seringkali
digunakan dalam permainan politik dalam internalorganisasi atau dengan pihak
eksternal yang dapat menjebak pihak lain. Misalnya saja satu pihak mengatakan tidak apa-apa, tidak mengeluh, tetapi
tiba-tiba mengajukantuntutan ganti rugi miliaran rupiah melalui pengadilan.
Insfisiensi/produktivitas
yang rendah.Apa yang terjadi adalah salah satu fihak (biasanya fihak pekerja) dengan sengaja melakukan
tindakan-tindakan yang berakibatmenurunkan produktivitas dengan cara
memperlambat kerja (slowdown), mengurangioutput, melambatkan pengiriman, dll.
Ini adalah salah satu dari bentuk konflik yangtersembunyi (hidden conflic)
dimana salah satu pihak menunjukan sikapnya secara tidak terbuka.
Penurunan moril (low morale).Penurunan moril
dicerminkan dalam menurunnyagairah kerja, meningkatnya tingkat kemangkiran,
sakit, penurunan moril adalah jugamerupakan salah satu dari produk konflik
tersembunyi dalam situasi ini salah satu pihak, biasanya pekerja, merasa
takut untuk secara terang-terangan untuk memprotes pihak lainsehingga melakukan
tindakan-tindakan tersembunyi pula.Menahan/menyembunyikan
informasi. Dalam banyak organisasi informasi adalahsalah satu sumberdaya yang
sangat penting dan identik dengan kekuasaan (power).
Dengan demikian maka
penahanan/penyembunyian informasi adalah identik dengankemampuan mengendalikan
kekuasaan tersebut. Tindakan-tindakan seperti inimenunjukkan adanya konflik tersembunyi dan ketidakpercayaan (distrust).
C).Macam-Macam Konflik
1.Dari segi
fihak yang terlibat dalam konflik
a).Konflik individu
dengan individuKonflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan
dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan
individu karyawanmaupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
b).Konflik individu
dengan kelompok Konflik semacam ini
dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan
kempok pimpinan.
c).Konflik kelompok dengan kelompok Ini
bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan,
kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai
tingkatan maupunantara
kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain..
2.Dari segi dampak
yang timbul
Dari segi
dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik fungsional
dan konflik infungsional. Konflik dikatakan fungsional apabila dampaknyadapat
memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi, sebaliknya disebutinfungsional
apabila dampaknya justru merugikan organisasi.
Konflik
dapat menjadifungsional apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik.Contoh
konflik yang fungsional dengan kasus seorang manajer perusahaanyang menghadapi
masalah tentang bagaimana mengalokasikan dana untuk meningkatkan penjualan
masing-masing jenis produk.
Pada saat
itu setiap produk line berada pada suatu devisi. Salah satu cara
pengalokasian mungkin dengan memberikandana
tersebut kepada devisi yang bisa mengelola dana dengan efektif dan efisien.
Jadidevisi yang kurang produktif tidak akan memperoleh dana tersebut.
Tentu saja di sinitimbul konflik tentang pengalokasian dana. Meskipun dipandang
dari fihak devisiyang menerima alokasi dana yang kurang, konflik ini dipandang
infungsional, tetapidipandang dari perusahaan secara keseluruhan konflik ini
adalah fungsional, karenaakan mendorong
setiap devisi untuk lebih produktif.
D.Sumber
Konflik
Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasiantara lainadalah :
1).Berbagai
sumber daya yang langkaKarena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas /
langka maka perludialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu
kelompok mungkinmenerima kurang dari
kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.
2).Perbedaan
dalam tujuanDalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam
bagian yang bisamempunyai tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan
tujuan dari berbagai bagian inikalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan
adanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan
valume penjualan dengan memberikan persyaratanpersyaratan pembelian yang
lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama,
seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketatdansebagainya. Upaya yang
dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akanmengakibatkan
peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup tinggi.
Apabilahal
ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak dikehendaki karena
akanmemerlukan tambahan dana yang cukup besar.
3). Saling
ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan
E).MANAJEMEN KONFLIK YANG EFEKTIF
Manajemen konflik
dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu (intergrated) menyeluruh untuk
menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara-cara
mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat ditekankan
empat hal :
1) Manajemen
konflik sangat terkait dengan visi, strategi dan sistem nilai/kultur organisasi
manajemen konflik yang diterapkan akan terkait erat dengan ketiga hal tersebut
2) Menajemen
konflik bersifat proaktif dan menekankan pada usaha pencegahan. Bila fokus
perhatian hanya ditujukan pada pencarian solusisolusi untuk setiap konflik yang
muncul, maka usaha itu adalah usaha penanganan konflik, bukan manajemen
konflik.
3) Sistem
manajemen konflik harus bersifat menyeluruh (corporate wide) dan mengingat
semua jajaran dalam organisasi. Adalah sia-sia bila sistem manajemen konflik
yang diterapkan hanya untuk bidang Sumberdaya Manusia saja misalnya.
4) Semua rencana
tindakan dan program-program dalam sistem manajemen konflik juga akan bersifat
pencegahan dan bila perlu penanganan. Dengan demikian maka semua program akan
mencakup edukasi, pelatihan dan program sosialisasi lainnya.
F).MEMINIMALISIR KONFLIK DENGAN KOMUNIKASI EFEKTIF
” Tahukah Anda,
bahwa bentuk dan macam komunikasi bisa memicu konflik? Tahukan Anda bahwa
konflik sesungguhnya dipicu oleh kesalahan komunikasi? Bagaimanakah metode
komunikasi bisa meminimalisir konflik”? Ada lima macam gaya komunikasi Anda yang
bisa memicu konflik.
KOMUNIKASI NEGATIF
Anda pasti
mengetahui bahwa ada orang atau pihak tertentu yang ‘secara alamiah’
berperilaku seperti Tom and Jerry. Perilaku seperti ini cenderung melekat
secara konstan, karena sifatnya lebih menyerupai karakter diri dari pada
penyakit yang harus disembuhkan. Apa yang pasti dari perilaku seperti ini,
adalah efeknya yang buruk terhadap pihak lain. Karakter ini dapat menyedot dan
menghabisi antusiasme, energi dan rasa percaya diri orang-orang sekitar. Apa
yang dapat dilakukan dengan gejala ini, adalah mendorong orang yang
bersangkutan untuk mengkonfrontir perilakunya sendiri. Dan ini, hanya dapat
dilakukan jika orang-orang di sekitar bisa terlibat aktif dengan memberi
masukan tentang perilaku dan karakter negatif itu. Secara teknis, pendekatan
terbaik yang dapat dilakukan adalah melatih apa yang disebut dengan “I
message”. Contoh pengungkapannya adalah sebagai berikut: “Saat SAYA
mengutarakan suatu pendapat atau usulan, SAYA merasakan bahwa sikap negatif
Anda membuat SAYA frustrasi, dan SAYA menemukan bahwa bekerjasama dengan Anda
menjadi lebih sulit dari semestinya.” Orang yang berkarakter negatif, memiliki
kecenderungan untuk mempersepsi segala sesuatu yang sampai di telinganya, apa
yang bisa terlihat oleh matanya, sebagai bentuk-bentuk serangan. Sikap
negatifnya, adalah bagian dari sistem survivalnya. “I message” dalam hal ini,
adalah untuk meredam persepsi itu. Jika Anda merasa punya banyak “musuh”,
karakter Anda mungkin harus dibenahi.
KOMUNIKASI BLAMING
Masih ingat yang
satu ini: “Litle-litle to me, Litle-litle to me.” Maksudnya, “Dikitdikit gua.
Dikit-dikit gua. Inilah yang terjadi, pada korban dari orang yang memiliki
kecenderungan komunikasi blaming. Ia cenderung menyalahkan — dan selalu
menyalahkan orang-orang di sekitarnya. “I message” yang ditimpali dengan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik, adalah cara terbaik untuk
mengakalinya. Carilah isu utama dari sikap menyalahkan itu, tangani satu per
satu, jangan sekaligus. Jika Anda sering melihat orang lain salah, mungkin Anda
memang sering menyalahkan. Jika memang demikian, latihlah untuk selalu spesifik
dan detil berkaitan dengan suatu kesalahan.
KOMUNIKASI SUPERIOR
Anda mungkin boss.
Waspadalah. Cara berkomunikasi ini dipenuhi dengan perintah, nasehat, dan
pesan-pesan yang penuh moralitas. Semua itu memang diperlukan, akan tetapi jika
setiap kalimat dan uraian yang keluar dari mulut melulu hanya tentang itu, maka
kepekaan dari orang-orang sekitar akan menyusut jauh. Bahkan, komunikasi
seperti ini akan membuat orang-orang di sekitar menjadi bosan. Mereka akan
mengalami frustrasi, penolakan dan bahkan dalam tingkat tertentu akan
memunculkan inspirasi untuk mensabotase. Sekali lagi, “I message” yang
ditimpali dengan pendekatan asertif (emosi dan personal), bisa sangat membantu
keadaan. Anda mungkin boss. Waspadalah. Cobalah untuk lebih asertif dan
personal. Sering-seringlah mengobrol dengan bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar